25 April 2011, kita tidak sengaja berjalan beriringan menuju toilet. Kamu terkesan membuntutiku dari belakang. Namun, di tengah perjalanan, aku menegurmu mengenai perempuan itu. Kau sangat besar kepala dan menyombongkan diri atas ketenaranmu. Entah, saat mengucapkan nama perempuan itu, ada cubitan kecil yang terasa di dalam raga ini. Meskipun dengan setulus hati aku mengucapkan serangkaian kalimat itu.
26 April 2011, kau terus bersekongkol dengan mereka untuk mencemooh warna kulit dan kesempurnaan fisikku. Tapi, rasa sakitku beralih menjadi kegembiraan saat nama adikmu tertulis di dinding situs jejaring sosialku. Dia menganggapku sebagai kakaknya! Sungguh, aku merasa diistimewakan olehnya. Diapun mengajakku berkunjung ke rumahmu. Sungguh, adikmu telah mencuri simpatiku. Hebat benar ia.
Aku berharap kau segera menatapku. Semoga :)
27 April 2011, terima kasih untuk hari ini. Kau terus menerus memberiku motivasi. Muali dari masa depanku, hingga masalah kesempurnaan fisikku. Kau bilang agar aku percaya diri dengan warna kulitku, karena aku eksotis. Kau bilang hanya akulah yang berbeda di antara semua yang sama. Kalimatmu membuatku nyaman di sampingku. Terima kasih telah menganggapku berbeda. Terima kasih atas sanjunganmu.
Terima kasih telah meyakinkanku untuk menjadi yang terbaik sesuai kemampuan dan kehendakku. Terima kasih atas terbukanya mata hatiku olehmu, yang telah menyemangatiku untuk menjadi kebanggaan. Kau membuatku teristimewa hari ini. Terima kasih telah menjadi penenang dan penyejuk di antara semua kegelisahanku.
Terima kasih telah membuatku semakin mengagumimu :)
29 April 2011, banyak kejutan kecil muncul yang hadir dalam hidupku setelah ada kau dan adikmu. Tentang kamu yang meluruskan cara pandangku, dan adikmu yang terus menerus memancingku. Ya, memancingku untuk bersikap dewasa dan 'beralih' padamu. Entah, aku tak tahu mengapa tata bahasaku acakadut seperti ini. Mungkin karena kamu sedang duduk di sampingku. :">
Adikmu pernah bertanya kepadaku mengenai masa depanku. Tanpa aku prediksikan sebelumnya, ia mengusulkan universitas yang sama seperti yang kau ingini. Mataku terbelalak saat membaca pertanyaan itu. Aku tidak tahu apakah adikmu sengaja atau tidak. Dan akupun tak percaya adikmu bisa secepat dan seobyektif itu menilai perasaanku. Mungkin itu hanya kebetulan semata :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar