"Apabila kita takut akan sesuatu, maka, rasa takut kita melebihi apa yang kita takutkan sesungguhnya..."

Minggu, 10 April 2011

The Real Kemendas!

Hari ini, banyak banget pengalaman gak mengenakkan yang aku dapat. Dan masalah ini salah satunya...

Aku paling gak suka dibilang orang lain menthus atau neges. Karena memang aku gak merasa sikapku seperti itu. Aku lebih merasa dihargai kalo dibilang cerewet, judes, jutek, ngamukan (temperamental), egois, otoriter, dan manja. Jujur iya banget. Aku lebih merasa senang dicap dengan serangakaian kata di atas daripada dibilang dua kata, tapi gak mencerminkan aku ; NEGES dan KEMENDAS!
Dan karena peristiwa yang aku alamin tadi pagi, aku mau protes atas pelabelanku demikian! Ya, ada yang lebih kemendas dari aku! 

Dialah seorang perempuan yang bernama Tri Aria Sari. Yang tak lain dan tak bukan adalah tanteku.

Jadi, tadi pagi itu, aku 'dipaksa' oleh ibuku untuk mengikuti kemauannya untuk ikut ke rumah tante saya yang di Sidoarjo. Kenapa aku bilang 'dipaksa'? Soalnya aku emang gak sepenuh hati buat ikut. Aku ada acara sendiri, yaitu kerja kelompok di rumah temenku yang tertunda kemarin. 
Ibuku pengen ke sana dengan menggunakan fasilitas umum komuter. Murah meriah alasannya. Jadi, sekitar pukul 08.00 WIB, kami pergi ke stasiun Gubeng. Awalnya perasaanku sudah agak gak enak. Soalnya, tanteku itu bilang, dia kalo naik komuter di hari lain, jam setengah 8 sudah ada di stasiun. Tapi ibuku meyakinkan kalo kami gak terlambat. Karena aku sendiri juga tahu, kalo komuter itu dari stasiun Gubeng, trus ke stasiun Semut, dan kembali lagi ke Gubeng. Baru deh, capcus ke Sidoarjo.

Tapi anehnya, waktu aku barusan nyampe di stasiun, sudah ada pemberitahuan kalo komuter itu akan diberangkatkan. Ibuku tetep aja keukeuh! Dan yakiiiiiiiiiin banget kalo gak ada masalah.

Setelah tanteku tiba di stasiun, kami langsung masuk ke dalam. Beli tiket dulu pastinya. Gak salah ibuku ngotot. Orang tiketnya cuma Rp 2.000,00 per orang.

Kami masuk, setelah menunggu sekitar 5 menit, si komuter pun tiba. Kami buru- buru naik karena takut tidak kebagian tempat. Tapi anehnya, komuter pagi ini sepi! BANGET! Sangat jauh dari perkiraan kami kalau komuter itu kembali dari Semut dan akan capcus ke Sidoarjo.

Dan di dalam komuter, aku mencoba menenangkan diri. Aku makan kue yang tadi sempat aku beli di stasiun Gubeng. Ternyata, komuter ini ke Semut (lagi?) !!!

Waktu kami berhenti di Semut, seluruh penumpang pada turun. Kami bertanya- tanya. Sampai sang masinis sendiri menginformasikannya :

"Lho, bu, mboten mandap?"
"Kok mandap pak? Niki sepure mboten teng Buduran toh?"
"Looooooh, nggih sanes Bu! Niki sepure mbalik teng depo. Mangke bidhal malih jam 11!"

MUUUUHHHHUUUUAAATTTTTTEEEEEEKKKSSSSSS TUDEMEW!!! -___________________-

Rasa mangkel bercampur malu langsung menyergap dan berkecamuk di pikiranku! Ini kalo bukan karena kecerobohan dan ketololan tanteku, gak mungkin sampe kayak gini! Dia dan keluarganya yang sudah membuat aku dan ibuku menunggu di stasiun dan ketinggalan kereta! Dia juga yang langsung menyuruh kami naik kereta padahal gak tau ke mana tujuannya! 

Ini baru yang namanya KEMENDAS itu! Bukan aku yang biasanaya kalian bilang di sekolah, reeek!
Di atasny langit itu masih ada langit! 
Kalian lo men-judge aku seakan- akan aku satu- satunya orang yang paling menthus sedunia dan gak ada yang bisa menyamaiku lagi!
Sakit reeek dibilang kayak gitu itu!

Toh juga ke-menthus-anku itu cuma masalah jawaban soal, bukan hidup mati seseorang kayak tanteku!
Untung ibuku bawa uang lumayan banyak, coba kalo gak ada sepeser uangpun, dan gak ada pulsa tersisa di hape! Bisa apa coba?!

Akhirnya, di tengah keputus asaan kita, bemo lyn D dan lyn Kuning jurusan Porong menjadi penyelamat kami.
Dan omku pun, menjemput kami di depan jalan menuju perumahannya. Yah, meskipun biayanya berkali- klai lipat dari yang dianggarkan kalo naik komuter. Sudahlah. Aku juga masih mangkel!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar