"Apabila kita takut akan sesuatu, maka, rasa takut kita melebihi apa yang kita takutkan sesungguhnya..."

Jumat, 04 Maret 2011

Mas Agung Anak Sholeh :p

Kemarin, Kamis 3 Maret 2011, #AsetSmala dirundung duka. Setelah hari Selasa si Shasa kecelakaan, kemarin giliran pacarnya yang kena musibah *peace. Kami dikejutkan oleh sms yang dikirim oleh Pradipta Wahyu Agung Hutama (Bendol), yang menginformasikan bahwa ia mengalami kecelakaan saat berangkat sekolah. Jadilah sms itu sekaligus surat izin ketidak masukkannya sekolah. 

Spontan, kami mengumpulkan uang sukarela sebesar Rp 2.000,00 untuk membeli buah tangan yang akan dibawa ke rumah Ben. Dan berkoordinasi satu sama lain dalam hal pengangkutan penumpang menuju Bratang Wetan IIIA/ 19 Surabaya.

Tir, Bida, dan Ica yang merupakan panitia S2LC (Smala Science and Linguistic Competition), yang kebetulan sedang mencari sponsor, bergegas membeli buah- buahan di toko buah Hokey. Dan hasilnya : Tiga buah apel yang bernuansa Imlek (karena terdapat tulisan Han zi di kulitnya), dan 1kg Jeruk Ponkam didapat. Beserta keranjang dan bungkus yang memukau *ceileh.

Dengan kemurahan hati Tir, akhirnya, aku, Ica, Bida, Fajar, dan Rizka diangkut ke rumah Ben. Yah, meskipun aku harus meninggalkan Rakor Impuls di tengah- tengah :(

Di jalan, kami membicarakan semua yang terjadi pada #AsetSmala belakangan ini. Termasuk perubahan Riwan yang bisa dikatakan 'Ian wanna be' *sorry frontal. Buanyyyyaaakk yang kita omongin. Termasuk tertawa karena kejayusan saya *pedeabis.
Dan ancaman untuk Fajar : "Jar, Alay mudhun! Tak kongkon ngamen gawe numpak bemo nang omahe Ben!".
Seperti biasa, jawaban Fajar : "Guuuugggghhh beybeeeehhh" -3-

Setelah sekian lama di dalam mobil, kami akhirnya sampai di depan gang menuju rumah Ben. Sambil menunggu rombongan di mobil Mitha, kamipun menuruti Ica bernostalgia dengan masa kecilnya. Yakni  membeli sebungkus makanan ringan dengan bungkus bergambar singa kecil, berwarna hijau dan bertuliskan 'Nangka'. 
"Aku sudah lama pek cari jajan ini, Tapi gak nemu- nemu. Sueneng aku, wuuuueennnak pol! Dulu harganya Rp 250,00 an, tapi sekarang Rp 500,00 an." Begitulah komentar 'Bule Nyasar' satu ini sambil terus melahap makanan ringan yang digenggamnya tersebut.

Rombongan di mobil Mitha pun tiba. Ada Mario, Ucup, Astrid, Novi, Chiki, dan Mitha sendiri. Mereka segera menyerbu warung yang sama untuk membeli sesuatu. Entah macam jajan apalagi itu. Aku tidak tahu.

Kamipun berjalan menuju rumah Ben. Dan ternyata ibunda Mas Agung (panggilan Ben di rumah) mengetahui kedatangan kita saat beliau sedang bercengkraman dengan tetangganya. Beliau tergopoh- gopoh dan bergegas lari ke dalam rumahnya. Dan akhirnya kami tahu, kalau beliau sedang membangunkan putra tercintanya yang sedang tidur siang.

Ben pun keluar rumah. Dan alhasil kami kaget. 'Katanya kecelakaan? Tapi kok badannya mulus- mulus aja?' --a.
Tapi, cara berjalan Ben lah yang membuat kami percaya bahwa ia baru saja tertimpa musibah.

'Ayo masuk, Masuk. Maaf, Rumahnya kecil. Berantakan lagi'. Begitulah sambutan ibu Ben pada kami.
Yah... Kami tidak bisa berkata apa- apa selain 'Oh ya. Nggak papa kok, Tante'.

Setelah kami duduk dan menghantarkan buah yang kami bawa, Ben menceritakan kronologis kejadian saat ia kecelakaan
"Yo dadi, Lek arah arep nang sekolah tekan kene kan menggok, Lha aku iku gurung menggok. Lha, Onok uwong seng sak arah mbek aku, Aku lurus, De'e nyalip menggok tekan kanan. Lha aku kan lurus, Lumayan banter seh, Dadi gak isok ngerem. Yowes." 
Dan sang ibunda pun menyahut "Ya gimana gak tergesa- gesa, Berangkatnya aja jam setengah tujuh kurang sepuluh. Normalnya sini sekolah kan 20 menit Ini sering kok dibilangi, tapi bandel."

Dan para #AsetBoys yang bersepeda motor pun tiba. Ada Aziiz, Prima, Stezar, Askar, dan Situm.

Ada kesalah pahaman antara aku dan Ben saat bertanya sesuatu. Bikin malu! Sebenarnya, aku bertanya 'Apakah ada orang yang menolong dan memberi minum saat kamu kecelakaan?'
Tapi, dalam pikiran Ben : 'Kita kok tidak diberi minum?' *uisin pol, nggilani.

Jadilah ia keluar rumah dan menyusul ibunya yang sudah mendahului keluar. Akupun segera mengejar dan meluruskan pertanyaanku.Yah, tapi kan nasi sudah menjadi bubur. Mau gimana lagi? Ya nggak?

Selang beberapa menit kemudian, ibu Ben kembali dan membawa sekantong plastik penuh berisi air mineral kemasan gelas. Kemudian, disusul dengan tiga piring penuh gorengan yang habis tak bersisa kami lahap.



Tiba- tiba, Prima nyeletuk "Ndol, Mesomu lek nang omah kok rodo berkurang ngene?". Derai tawa kami pun langsung memenuhi ruang tamu kecil itu. Maka dari itu timbul sebutan 'Mas Agung Anak Sholeh'. :p  Tanggapan Ben? Hanya senyuman khasnya :

 


Setelah lelah memojokkan Fajar dengan '50 : 50 loyalitas untuk SDC dan PSGS, mana buat #AsetSmala?', kamipun pamit kepada ibu Ben dan pulang. Saat perjalanan menuju mulut gang, tempat sopir Tir memarkir mobilnya, si 'Bule Nyasar'pun kembali berulah. Ia mengejar seekor ayam yang dibiarkan oleh pemiliknya. Kami yang berjalan di belakangnya hanya bisa geleng- geleng kepala melihat ulahnya.

Penumpang mobil Tir ternyata bertambah. Karena Mitha tidak bisa menebengi kembali mereka yang saat berangkat ada di mobilnya. Dan kami harus rela pangku- pangkuan. Namanya juga nebeng, masa iya mau ngeluh?

Ya udah yu guys! Saya mau ciao dulu. This is the end of my posting :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar