"Apabila kita takut akan sesuatu, maka, rasa takut kita melebihi apa yang kita takutkan sesungguhnya..."

Jumat, 25 Maret 2011

Buah Kemunafikan Lala

Siang itu cuaca di sekelilingku terasa panas. Sepanas suasana hatiku saat mendengar cerita Erika.
“ Gimana Er waktu di mallnya? Mereka ngapain aja?” tanyaku melanjutkan pembicaraan dengannya.
“ Yah nonton, Dibeli’in minum… Cuma gitu- gitu aja kok Val, Gak ada yang di luar batas kewajaran.”
“ Bagimu sih biasa, Tapi bagiku kan beda Er… Trus nonton apa aja?”
“ Pertamanya sih nonton film horror gitu, Trus kan aku sama Amel gak boleh lama- lama, Jadinya ya kita pulang duluan. Katanya Lala sih, Mereka nonton lagi sampe sore, Trus Lalanya dianterin Timmy pulang ke rumah.”
“ Dianterin pulang? Cuma berdua? Naik motornya Timmy?” rasa penasaranku terus memberondong Erika.
“ Iya…”
“Udahlah Val, Gak usah dipikirin si munafik itu!” sahut Mela yang sedari tadi mendengarkan pembicaraanku dengan Erika.

* * *

Memang, kini mereka telah memaafkan Lala. Tapi mungkin, suatu saat nanti, saat mereka telah lupa apa yang dijanjikan Lala, ia akan mengulangi kesalahan yang sama untuk ke sekian kalinya. Tanpa jera, tanpa lelah, dan tanpa dosa.
Aku teringat beberapa waktu yang lalu. Saat aku merasa di atas angin dan menguasai segalanya. Saat mereka bermusuhan dengan Lala.

“ Kamu tahu Val, Penyebab semua permasalahan di ‘8serangkai’ itu ya dia…”
“ Kamu tahu kan sekarang gimana liciknya dia?” tanyaku meyakinkan Arra.
“ Iya… Pantes kamu nyalahin dia, Bukan Timmy.”
“ Timmy gak sepenuhnya salah, Ra! Kalo Lala gak pernah ngasih harapan, Mana mungkin Timmy ngejar- ngejar dia kayak gitu?”
“ Iya yah… Kalo dipikir- pikir kamu bener juga Val.”
“ Nyesel kan kamu ada di kubu dia dan bela dia habis- habisan waktu musuhan sama aku?”
“ Aku gak bela dia Valerine! Oke, Emang, Aku yang ngasih nomer hp-nya Lala ke Timmy. Tapi, Aku gak pernah sekalipun nunjukkin kalo aku setuju mereka jadian!”
“ Ya udah… Terserahmu.” kataku mengakhiri perdebatan dengan Arra.

* * *

Ternyata, banyak rahasia yang mereka sembunyikan dariku. Mungkin, saat itu bukan waktu yang tepat untukku mengetahui segalanya. Maka dari itu, tak ada yang berani mengungkap seluruh kemunafikan Lala padaku. Tapi, saat aku mengetahui segalanya, rasa benciku pada Lala semakin menjadi- jadi dan diambang batas toleransi.
“ Hah?! Kamu masuk BK? Kenapa?” tanyaku suatu ketika.
“ Bukan cuma aku doang Val, Tapi juga Mela dan Kanya. Gara- gara tuh anak sialan yang namanya Lala.” Jawab Arra penuh rasa dendam.
“ Trus, Trus…”
“ Pertamanya sih Bu Desi nggak nyinggung masalahnya Lala, Cuma nanya- nanya shalatku gimana, Ada masalah gak ama pelajaran dan temen- temen. Tapi, Emang dasarnya feelingku udah gak enak, Eh, Ternyata…”
“ Ntar dulu, Dari mana Bu Desi tahu masalah kamu? Dia bisa baca pikiran kamu?” ada sesuatu yang tidak kumengerti pada pembicaraan Arra.
“ Yah gak lah dodol! Lala itu ngadu! Dasar anak cemen, Pecundang!” Arra memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya.
“ Ngadu? Maksud kamu?” aku agak bingung dengan pernyataan Arra.
“ Ngadu, Valeriiiiine… Dia itu bilang kalo dia dimusuhin sama ‘8 serangkai’ dan minta bantuan Bu Desi buat nyari tau kenapa kita musuhin diaaa…”
“ Padahal dia sendiri kan yang salah sampe kalian musuhin dia.”
“ Iya! ‘Tul banget… Dia sendiri yang minta dijauhin sama Timmy, Eh, Dia juga yang mau diajak Timmy jalan…”
“ Jadinya kalian ‘dengan sangat terpaksa’ maafin dia? Kalian percaya dia gak bakal ngulangin kesalahnnya lagi?”
“ Iya… BANGETT!  Emm… Gimana ya? Percaya sih iya… Soalnya kita juga       udah terlanjur janji ke Bu Desi sih… Jadi, Mau gak mau kita nyerahin semuanya di atas perjanjian itu. ”
“ Ohh… Udah ya Ra, Aku ngantuk banget nih… Hoahhhem”
“ Ya udah deh… Daa Val…”
* * *
Handphoneku yang sedari tadi kugenggam bergetar, ada Nessa, sahabatku, di ujung sana.

“ Val! Jalan yukk! Boring nih di rumah…” ajak Nessa.
“ Ayukk… Aku juga lagi bosen nih di rumah.”
“ Stengah jam lagi aku jemput ya?”
“Yee… Asyik! Ngirit ongkos taksi… Bye Nessa.”

Sesampainya di mall…

“ Eh, Val! Itu bukannya Lala ya?”
“ Yang mana sih? Kamu salah liat barangkali.” ujarku tak percaya.
“ Itu tuh! Di pojok, Yang ada orang pake cardigan item abu- abu itu loh! Eh, Ntar, Bukannya itu Timmy ya? Lagi ngapain mereka di sini?”
“ Iya… Ih… Iya, Beneran  Nes, Itu Timmy sama Lala.”
“ Ayo, Val! Cari tempat duduk yang akses ngeliat ke mereka gampang!” ajak Nessa membuat ide usil Valerine tercetus.
“ Aha! Aku punya ide Nes! Ini bakalan jadi ‘the hottest news of the year’! Dan menggemparkan sekolah kita besok pagi!”
“ Hahahaha…” tawa kami meledak, seakan kami saling mengetahui apa yang sedang kami pikirkan masing- masing.
“ Val, Duduk di situ aja yukk!”
“ Ayo! Cepetan! Selagi mereka belum pergi.”
“ Ini... Nih, Kameranya.”

Dengan bukti 12 lembar foto, aku dan Nessa akan membuat segalanya berubah, termasuk ‘8serangkai’ yang telah menerima Lala kembali. Kini, mereka akan tahu betapa munafiknya seorang ‘Lala Azatania’ . Dan membuat kepercayaan ‘8serangkai’ takkan kembali selamanya.
“ Beress! Sipp nih Val!”
“ Harus dong! Siapa dulu detektifnya! Valerine Evananda!”
“ Eitss… Ada yang ketinggalan! Nessa Anggrania juga dong!”
“ Hahahaha… PEMBALASAN LEBIH KEJAM!” ujar Valerine sambil mengajak Nessa berlalu meninggalkan Timmy dan Lala yang masih asyik ngobrol tanpa memperdulikan apa yang sebentar lagi akan mereka rasakan… PEMBALASAN !

Arra, Tmenku yg plg malang.. Upss, sorry..
Abis, Kmunya sih.. Mau aja dibo’ongin ama Lala..
Asal kmu tau ya, tdi siang itu aku liat Lala ama Timmy jlan!
Berdua doang! Ngingkarin perjanjian antara kalian n Bu Desi..
Aku gak bo’ong.. Lagipula buat apa aku buang2 uangku utk cetak
12 lembar foto bukti ‘kemesraan’ Lala n Timmy..
Sorry, Kalimatku mgkin bkin kmu emosi, Tpi ini KENYATAAN!

From : Valerine
085850550558
Sunday, Nov, 22nd , 2009
08:50 p.m.

Keesokan harinya…

“ Eh, Misi- misi, Yang udah liat gantian ya sama yang lain! Masih banyak yang ngantri nih!” kata Valerine sambil memamerkan hasil karyanya.
“ Ada apa ya Ar, Kok rame banget di koridor?” tanya Lala yang belum mengetahui apa yang telah terjadi.
“ Tauk! Kamu tanya aku! Orang akunya dateng bareng kamu juga!” jawab Arra sinis.
“ Eh, Aku makin penasaran nih! Orang- orang kok pada liatin aku kayak gitu sih?”
“ Liat aja sendiri!” ujar Arra sambil mengajak Lala mendekati mading sekolah.
“ Eh, Peran utamanya udah dateng nih Val!” sapa Nessa sambil menaikkan nada suaranya.
“ Wow! Artisnya udah dateng nih! Bagi yang mau minta tanda tangan atau bahkan ngelemparin tomat ke mukanya dia dipersilahkan!” kata Valerine seraya menarik Lala mendekat ke ‘display hasil karya’nya.
“ Apa- apaan ini Val?! Maksud kamu apa?”
“ Oh… Kamu ngerasa dipermalukan ya?! Berarti kamu beneran ‘berperan’ dong dalam foto- foto itu?!”
“ Kamu emang… Emang… Huh!” Lala mengacungkan jarinya, ia terlihat mulai naik darah.
“ Eits… Yang sebenernya licik dan munafik kan kamu La, Bukan aku! Kamu kan yang nyembunyiin hubungan kamu sama Timmy ke temen- temen kamu?! Dan… Ini saatnya aku membuka mata mereka yang selama ini kamu buramkan dengan kemunafikanmu!”
“ Valerine…” Lala mulai sesak dan memegang dadanya.
“ Inget ya, La! Sepandai- pandai tupai meloncat, dia pasti bakalan jatoh! Seperti kamu! Gak selamanya kamu ada di atas, Menang! Ini saatnya kamu kalah, Itu buah dari kemunafikan kamu!” ucap Valerine yang diiringi masuknya Lala ke ruang BK…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar