Yak, ini posting random yang diilhami oleh cerita yang saya dengar dari teman- teman saya. Sebuah rahasia yang (mungkin) saya adalah orang terakhir yang baru mengetahuinya.
Ini cerita mengenai sekolah saya tercinta, SMA Negeri 5 Surabaya. Yang bangunannya merupakan peninggalan kolonialisme Belanda. Yang (katanya, berdasar sejarah) merupakan HBS (Hogere Burger School, sekolah tingkat menengah dan atas yang digabung 5 tahun). Dan pada masa penjajahan Jepang, sekolah saya (katanya, lagi) merupakan markas bagi tentara dan tempat pembantaian (begitulah inti yang saya tahu).
Ya, anda pasti bertanya- tanya mengapa judul posting saya demikian. Kedua hal di atas (piano tua dan ruang bawah tanah), adalah rahasia baru yang baru saya ketahui setelah 1 tahun lebih menjadi Smalane. Respons pertama saya? Jelas, kaget! Tidak percaya.
Yang saya tahu awalnya hanyalah -sebatas- cerita bahwa Smala adalah sekolah yang angker karena bangunannya adalah peninggalan Belanda. Yang (katanya) ada beberapa ruang di koridor kelas X menyimpan banyak cerita mistis. Tapi alhamdulillah, sejauh ini saya belum pernah mendapat pengalaman aneh mengenai kehadiran 'si empunya' sekolah.
Namun, fakta yang dibeberkan teman saya beberapa hari yang lalu membuat saya penasaran. Padahal, awalnya kami hanya bercerita mengenai bangunan bersejarah yang ada di Semarang (Lawang Sewu). Tapi, lama kelamaan, cerita itu merembet hingga ke sekolah kami.
Kalau anda pernah mengunjungi Smala, pastinya anda pernah melihat bangunan yang sekilas mirip dengan pegupon (rumah merpati dalam bahasa Jawa). Bangunan itu dulunya merupakan menara pengintai pada masa Jepang. Entahlah, saya sendiri juga belum pernah (hmmm, sepertinya tidak akan pernah mau) naik ke sana.
Banyak cerita- cerita yang susah dicerna oleh akal sehat saya saat ada yang mengatakan bahwa di dalam pegupon itu ada sebuah kursi yang tiba- tiba bisa bergerak- gerak sendiri meskipun tidak ada yang menduduki.
Dan saat teman saya (yang kebetulan anak pindahan) menyeletuk, adakah jalan yang bisa ditempuh untuk naik ke sana, teman saya yang lain menyahut, ADA!
Jelas, saya kaget. Seumur- umur saya baru tahu kalo jalan itu masih dibiarkan dan tidak ditutup untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan.
Dan parahnya, teman saya mengimbuhkan, bahwa tangga yang digunakan untuk menuju pegupon itu ada dua jalan. Ada yang ke atas, menuju bangunan sempit mirip menara dan satunya lagi tangga ke bawah menuju ruang bawah tanah! Wow! Dan katanya, luas ruang bawah tanah itu mulai dari pintu menuju tangga itu hingga ke lapangan tengah. Kalau dipikir- pikir cukup luas. Dan kamipun hanya bisa berandai- andai membayangkan apa yang pernah para penjajah lakukan di sana dan bagaimana bentuk ruang tanah itu dulu dan saat ini.
Saya, yang ditunjukkan teman saya pintu dan jendela yang mengekspos tangga itu pun bergidik ngeri. Apalagi saat saya mengintip, hanya ada 3 orang (termasuk saya) yang ketiganya adalah perempuan.
Dan mengenai piano tua, itu ada di salah satu ruang tak berpintu yang 'disembunyikan' sekolah saya. Saya sendiri belum pernah mengetahui di mana ruang itu berada. Kata teman saya sih di sebelah ruang UKS. Tapi yang saya tahu, ruang di sebelah UKS merupakan Sekretariat Paralela (atau yang lebih pantas disebut gudang). Sebenarnya ada sih jendela yang bentuknya sama dengan yang ada di koridor kelas X. Namun jendela tersebut tertutup oleh papan yang tidak tembus cahaya. Dan kalo dilihat lebih teliti, memang ruangan tersebut tidak menyatu dengan UKS maupun ruang kelas X - 9. Mungkinkah piano tua yang selama ini diperbincangkan ada di dalamnya?
Yang jelas, ruang itu berjendela namun tak berpintu. Saya pun tidak tahu dari mana piano tersebut bisa dimasukkan dan untuk apa piano tersebut ada di ruang itu. Aneh. Sungguh aneh. Ternyata banyak rahasia yang tidak saya ketahui, dan hmmmm, cukup menakjubkan!
Penasaran? Untuk lebih jelasnya, tunggu Cream (Creativity of Smalanese) edisi berikutnya! (nad)